27 April 2011

SURAT LAMARAN PEKERJAAN


Perihal         : Permohonan kerja                                    Bandung, 3 Maret 2011
Lampiran     :-                                                              

Yth. Bapak/ibu pengelola
LBB Privat
Di
Tempat

Dengan Hormat,
Sehubungan dengan adanya info lowongan kerja sebagai tenaga pengajar di LBB Privat Al-Faruq College.
Saya, yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama               : Hardiyanti Hidayat
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan       : Mahasiswa (Pendidikan Biologi semester 4 UPI)
Alamat             : Jl. Geger kalong Girang No. 28 B Bandung
Nomor HP       :
mengajukan lamaran sebagai ‘Pengajar LBB Private Al-Faruq College’
Saya mahasiswa jurusan Pendidikan Biologi tingkat dua yang sedang kuliah S1 di FPMIPA UPI Bandung. IPK saya 3.47. Saya adalah pribadi yang disiplin dan saya mampu bekerja secara individual ataupun kelompok. Metode pengajaran yang saya sukai, yakni pembelajaran kreatif dan inovatif.
Sebagai bahan pertimbangan, saya lampirkan sebagai berikut :
1. Curriculum Vitae (CV)
2. Pas Foto
Demikian surat permohonan lamaran kerja saya. Besar harapan saya untuk dapat bergabung di lembaga bapak/ibu. Terimakasih.

Hormat Saya


        (Hardiyanti  Hidayat)

09 Maret 2011

CYCLE-LIFE OF FROG (DAUR HIDUP KATAK)


Mom and Dad Frog Decide to Have Baby Frogs

The life cycle of a frog starts when mom and dad frog fall in love and decide to have baby frogs. Okay, nobody really knows if frogs fall in love, but it’s okay to think that they do. Mom and dad frog will mate, either in the water or in a tree, depending on what kind of frogs they are. You know this is happening when you see dad frog hugging mom frog from behind her. The dad frog will lay on top of mom frog and wrap his front legs around her body and he will hug her for several days. This hug is called amplexus.
Spawning

While mom and dad frog are hugging, mom frog will lay a bunch of eggs for the dad frog to fertilize. Unlike human eggs, frog eggs are fertilized by dad frog when they are outside of the mom frog’s body. This is called spawning and is the very beginning of the frog life cycle. After the mom and dad frog have finished spawning, dad frog leaves, and sometimes the mom frog does, too. Sometimes mom frog will stick around, though, and wait for the baby frogs to hatch so that she can care for them, but this only happens with some breeds of frogs, not all of them.


Frog Eggs

The Frog Eggs

Mom frog will lay a whole bunch of eggs because most of them won’t hatch. Some of the eggs will be eaten by other small animals and birds, and some of them won’t become fertilized. Other eggs might become dried up in the sun or get broken in the water. The eggs that survive will hatch after about 7 to 9 days and begin the frog cycle and start the many life stages of a frog. But they don’t get to be frogs just yet; they have to go through the tadpoles’ life cycle first.
The Tadpole

When frog eggs hatch they don’t come out as frogs right away, they have to start out as tiny little fish-like creatures called tadpoles. In the beginning 7 days or so of tadpole development, a tadpole will eat the egg yolk that is still left in its gut. The only parts to the baby tadpole are the gills, the tail, and the mouth. After about 7 days of tadpole development, the tadpole will begin to swim around on its own and eat algae from the top of the water.
Tadpole Development

About four weeks into the tadpoles life cycle it will begin to grow teeth and skin over the gills and will begin to become social and swim in schools like fish. Then 6 to 9 weeks into the tadpoles development it will begin to grow longer and develop a little bit of a head and some legs. At the end of the 9 weeks, the tadpole will look more like a frog than a fish, but with a long tail. The tadpole will also start to eat things like tiny insects.

In areas of the world that have cold winter months or that are in very high altitudes, which also are sometimes very cold places, the tadpoles life cycle takes all winter long to complete.
Frog Metamorphosis

From 9 to about 12 weeks, the frog metamorphosis starts to really take shape. The tadpole that looks like an itty bitty frog but with a long tail (called a Froglet) will lose most of its tail, grow a frog tongue, and start to really look like a baby frog. The whole frog life cycle model is completed after about 16 weeks when the frog becomes an adult.
Diagram of Frog Life Cycle

If you wanted to draw a diagram of frog life cycle, you might make it look like a circle, starting with eggs, and then the baby tadpole. Then you would add legs to the baby tadpole and call that a ‘Froglet’. Then draw a full grown frog, which points back to the eggs because the life cycle of a frog doesn’t end with the full grown frog. The full grown frog will find a frog to love and to make more baby frogs with and begin the frog life cycle all over again.
What’s the Difference in a toad and frog life cycle?

Actually, toads are frogs. Toads are just called something different because they look a little different, but they are all part of the frog family. Lots of people want to know what the difference is between a toad life cycle and a frog life cycle. Mostly it’s the way that the eggs are laid and the way that the skin develops. The frog eggs are laid in clumps and toad eggs are laid out in strands or lines. The skin of a frog will develop into slimy skin and the skin of a toad will develop into warty skin, which is why people think that toads can give you warts. But if toads can give you warts, why don’t frogs make you slimy?
Grow a Frog

So, if you were going to grow a frog, where would you start? Would you start with a tadpole or with an egg? I bet you said egg. But remember that most of the eggs won’t live, so how do you know that you have a living egg? Maybe starting with a tadpole would give you better luck when you are trying to grow a frog. Or, maybe you should start with a mom and a dad frog. But then you might grow a hundred frogs and they would take over your whole room and turn your walls green and sing you to sleep every night croaking… Okay, that’s another story! Start with a tadpole and you will be able to watch the whole, very cool, frog metamorphosis.



MACEM-MACEM FROG


DAUR HIDUP KATAK ( CYCLE-LIFE OF FROG)


Rabu, 9 Maret 2011 - Mulai dari telur hingga menjadi ibu dan ayah. Siapa menyangka sebuah kecebong ternyata dapat berubah menjadi katak. Mungkin orang yang tidak percaya evolusi

Metamorfosis adalah proses perubahan yang dialami anura (dan juga pada amfibi jenis urodela dan caecilia). Metamorfosis dimulai dari telur dan berakhir pada masa dewasa. Saat mereka meninggalkan bentuk telur, amfibi memiliki ujud larva (kecebong). Saat ini terjadi perubahan anatomi, makanan, dan gaya hidup, perlahan dari tahap awal, yang sepenuhnya di air menjadi hewan yang teradaptasi hidup di darat. Kodok Eropa biasa berkembang dari telur menjadi dewasa dalam waktu sekitar 16 minggu.
Siklus hidup katak



  1. Tahap telur
Telur kodok ditutupi dengan kapsul mirip agar-agar yang mengembang saat menyentuh air. Pengembangan ini membuat volumenya membesar dan janin terlindungi. Telur-telur ini bertumpuk dalam satu tumpukan agar kelangsungan hidup lebih terjaga dan panas juga lebih dapat bertahan. Akibatnya kecebong dapat menetas dalam waktu singkat. Banyak katak dan kodok memakai danau atau sungai yang mengering di masa tertentu, karena hal ini mencegah hewan datang memakan telur dan kecebong mereka.
  1. Tahap kecebong (3 hari)
Kecebong memiliki kepala besar dan tegak. Ada insangnya dan mulut yang terbuka untuk makan. Insang luar muncul tiga hari setelah kecebong keluar dari telur
Kecebong usia 10 hari
  1. Tahap kecebong lanjutan (4 minggu)
Insang luarnya tertutup kulit tubuh dan digantikan oleh insang dalam. Mereka memakan ganggang. Kaki belakang muncul.
  1. Perubahan kedua (6 minggu)
Kecebong mulai terlihat seperti kodok kecil dengan ekor panjang. Mereka berenang di tepi sungai secara berkelompok. Ekor ini kemudian memendek dan mulai berbentuk seperti bumerang.
  1. Perubahan lanjutan kedua (9 minggu)
Sejenis jaringan terbentuk dan membagi atrium jantung. Akibatnya jantungnya kini memiliki tiga ruangan, yang membantu aliran darah antara jantung dan paru-paru.
  1. Perubahan lanjutan ketiga (16 minggu)
Kecebong telah memiliki kaki belakang yang kuat. Matanya juga telah menonjol. Ekornya sangat pendek.
Rana esculenta, kodok yang dapat dimakan
  1. Perubahan terakhir
Kodok-kodok dewasa berkumpul di tepian sungai sebelum meninggalkan air untuk pertama kalinya. Mereka melakukan ini secara berkelompok.
  1. Ibu dan bapak kodok
Walaupun naluri bertahan hidup anura tidak berkembang baik, katak dan kodok juga merawat anak mereka. Mereka bertelur dalam jumlah besar untuk memastikan ada banyak kecebong yang dapat lolos dari predator yang memakan telur. Lapisan gelatin juga melindungi telur dari predator lain. Beberapa jenis kodok bahkan memelihara anak mereka dengan menjadikan punggung mereka sendiri sebagai sarang. Contoh kodok demikian adalah katak suriname.
Katak Suriname
Referensi
  1. Boulenger, G. A. 1978. The Tailles Batrachians of Europe, Vol. 1-2. Ayer Publishing
  2. Burton, M., Burton, R. 2002. International Wildlife Encyclopedia. Marshall Cavendish.
  3. De Beer, G.R. 2007. Embryos and Ancestors. Read Books.
  4. McDiarmid, R.W., Altig, R. 1999. Tadpoles: the biology of anuran larvae. University of Chicago Press
  5. Morgan, T.H. 2010. The Development of the Frog’s Egg; An Introduction to Experimental Embryology. General Books LLC.

06 Maret 2011

KELUARGA BESAR BIOLOGI A'2009

NILAI-NILAI PADA JAMURRRRRR....^_^


Berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan, kami dapat mengambil nilai-nilai yang terkandung dalam jamur, di antaranya sebagai berikut :
1.      Nilai praktis
Pada umumnya jamur dimanfaatkan oleh kita untuk dijadikan sebagai bahan makanan. Namun, peranan jamur tidak hanya sebagai makanan yang dapat dikonsumsi, namun jamur juga berperan sebagai pengurai dalam ekosistem. Tanpanya, jasad organik yang telah mati tidak bisa diuraikan menjadi bahan-bahan anorganik. Selain itu, jamur juga berperan dalam proses peragian dan sebagai agen dalam pembuatan makanan, khususnya makanan yang memerlukan proses fermentasi atau peragian. Namun ada juga sebagian jenis jamur yang bersifat parasit sehingga menjadi hama bagi sebagian organism lain. Dalam bidang kedokteran dan farmasi, beberapa spesies jamur dapat dijadikan bahan obat-obatan.

2.      Nilai religi
Dengan melihat struktur, sifat, ataupun peranan jamur, kita bisa menjadikan itu semua sebagai bahan tambahan untuk semakin bersyukur kepada Allah SWT, Sang Maha Pencipta, yang telah menciptakan keanekaragaman makhluk hidup dengan struktur, fungsi dan peranannya masing-masing. Walaupun jamur memiliki segala keterbatasan, jamur tetap bisa bertahan dengan baik dan bisa memberikan manfaat yang cukup banyak. Sungguh tidak ada sesuatu apapun yang diciptakan Allah dengan sia-sia.  Jamur tahu akan bagaimana caranya mereka hidup melainkan petunjuk dari Tuhan yang menciptakan kita semua. Maha Besar Allah yang telah menciptakan makhluk seperti jamur sebagai bahan pelajaran kita dalam kehidupan dan sebagai salah satu objek untuk kita bertafakur akan Kebesaran Allah SWT.

3.      Nilai Sosial
Untuk pertumbuhan dan perkembangan jamur, diperlukan kondisi lingkungan yang kondusif, contohnya adalah kondisi lingkungan yang lembab dan suhu lingkungan yang cocok. Begitu halnya dengan kita sebagai manusia, bisa tumbuh dan berkembang dengan baik tergantung pada pengaruh lingkungan dan terciptanya hubungan baik dengan sesama manusia. Walaupun jamur merupakan organisme yang serba keterbatasan dan kekurangan dibandingkan kita sebagai seorang manusia, jamur mampu memberikan manfaat yang sangat banyak bagi manusia dan organisme lain. Selain itu, ada juga jamur beracun yang warna dan bentuknya sangat mencolok sehingga menarik perhatian. Dengan kata lain, dalam kehidupan sehari-hari kita harus berhati-hati dengan orang yang dapat menjerumuskan kita ke dalam keburukan. Walaupun tampilan fisik di luar sangat baik tetapi harus dilihat pula kebaikan hatinya apakah memang baik atau hanya sekedar pura-pura saja. Jamur memang hidup heterotrof, tidak dapat menhasilkan makanannya sendiri, tetapi jamur tidak hidup merugikan organisme lain (selain jamur yang parasit). Mereka hidup pada sisa-sisa organisme yang sudah mati. Dengan ini, kita harusnya hidup seperti jamur yang tidak bergantung pada organisme lain, tetapi saling menguntungkan.

4.      Nilai Intelektual
Jamur amanita yang pada umumnya memiliki warna yang indah yang dapat menarik berhatian ternyata mengandung racun bagi manusia yang memakannya. Oleh sebab itu, kita harus berhati-hati dengan jamur beracun yang memang sangat menarik perhatian karena warna dan bentuknya yang menarik. Dari sisi lain yang menguntungkan manusia, ada beberapa jamur yang mengandung zat-zat antibiotik dan zat-zat obat lainnya yang dapat digunakan sebagai bahan obat-obatan.

5.      Nilai Pendidikan
Kita manusia sebagai makhluk sosial bisa mengambil pelajaran yang cukup berharga dari tumbuhan jamur. Jamur yang merupakan tumbuhan thallus, yang tidak memiliki klorofil, hidup dari zat-zat organik yang sudah mati (sampah), kayu lapuk, atau dari makanan yang basi sekalipun masih bisa memberikan manfaat bagi individu lain, khususnya bagi kita. Dengan segala keterbatasannya, jamur bisa tetap berjuang dan bertahan hidup serta masih bisa memberikan manfaat. Kita sebagai manusia yang boleh dikatakan lebih sempurna dari pada jamur, seharusnya bisa bercermin dan bertanya kepada diri sendiri apakah selama ini kita sudah memberikan manfaat yang cukup banyak bagi orang lain atau belum, ataukah selama ini kita dikalahkan oleh jamur? Mungkin hal tersebut bisa menjadi bahan evaluasi bagi kita untuk menjadi individu yang lebih baik.

MAKALAH MASALAH BELAJAR SISWA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Dunia pendidikan mengartikan diagnosis kesulitan belajar sebagai segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan belajar. Masalah belajar yang terjadi dikalangan murid sering kali terjadi dan menghambat kelancaran proses belajar siswa.
 Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau cerdas.

1.2              Tujuan
Tujuan dari observasi ini adalah:
1.      Untuk mengetahui penyebab kesulitan belajar siswa.
2.      Untuk mengetahui solusi apa saja yang diberikan oleh pihak BK dalam mengatasi masalah belajar siswa.
1.3              Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang yang telah dikemukakan, maka beberapa masalah yang dapat dirumuskan dan akan dibahas dalam Makalah ini adalah apa saja penyebab kesulitan belajar pada siswa? Dan bagaimana solusi yang bisa di berikan untuk menanggulangi masalah belajar pada siswa.

1.4              Hipotesis
Penelitian ini dilakukan berangkat dari keyakinan penulis setelah melakukan pengenalan masalah. Adapun keyakinan atau hipotesis tersebut adalah masalah belajar siswa dapat disebabkan beberapa faktor baik internal maupun eksternal dari diri siswa. Kemungkinan masalah belajar ini muncul di sebabkan oleh metode guru dalam mengajar, kondisi emosional siswa, materi yang diajarkan tidak sesuai dengan kemampuan siswa, dan pandangan siswa terhadap pelajaran tertentu.
1.5               Sistematika Penulisan
Cover
Daftar Isi
BAB I                         Pendahuluan
BAB II                        Metodologi
BAB III          Hasil dan Pembahasan
BAB IV          Rekomendasi
BAB V            Penutup
Daftar pustaka
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN

2.1       Metode Penelitian
            Metode penelitian yang digunakan ialah:
a.       Observasi
b.      Tinjauan pustaka
c.       Wawancara
Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, digunakan metode observasi, wawancara dan kepustakaan. Adapun observasi dilakukan di SMA NEGERI 1 BANDUNG tepatnya di Jalan Dago 396, Bandung. Wawancara dilakukan dengan salah satu  guru BK di sekolah tersebut. Untuk menambah informasi, penulis mencari literatur yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.
 2.3      Waktu Penelitian
Observasi dan wawancara dilakukan pada Kamis, 4 November 2010 pukul 08.30 WIB di Jalan Dago 396, Bandung.




BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Tinjauan Pustaka
Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu dihilangkan. menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat didefinisikan “Belajar ialah sesuatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Menurut Gagne (1984: 77) bahwa “belajar adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”. Dari definisi masalah dan belajar maka masalah belajar dapat diartikan atau didefinisikan sebagai berikut :
Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan”.
Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau cerdas.
Dalam interaksi belajar mengajar siswa merupakan kunci utama keberhasilan belajar selama proses belajar yang dilakukan. Proses belajar merupakan aktivitas psikis berkenaan dengan bahan belajar.
Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas, diantaranya :
1.      Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan.
2.      Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya.
3.      Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
4.      Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
5.      Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya. 

Faktor-Faktor yang dialami dan dihayati oleh siswa dan hal ini akan sangat berpengaruh terhadap proses belajar:
1.      Faktor-Faktor Internal Belajar
• Sikap Terhadap Belajar
Selama melakukan proses pembelajaran sikap siswa akan menentukan hasil dari pembelajaran tersebut. Pemahaman siswa yang salah terhadap belajar akan membawa kepada sikap yang salah dalam melakukan pembelajaran. Sikap siswa ini akan mempengaruhinya terhadap tindakan belajar. Sikap yang salah akan membawa siswa mersa tidak peduli dengan belajar lagi. Akibatnya tidak akan terjadi proses belajar yang kondusif.
• Motivasi Belajar                                   
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya mutu belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus.
• Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian guru perlu melakukan berbagai strategi belajar mengajar dan memperhatikan waktu belajar serta selingan istirahat. Menurut seorang ilmuan ahli psikologis kekuatan belajar seseorang setelah tiga puluh menit telah mengalami penurunan. Ia menyarankan agar guru melakukan istirahat selama beberapa menit. Dengan memberikan selingan istirahat, maka perhatian dan prestasi belajar dapat ditingkatkan.
• Mengolah Bahan Belajar
Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menrima isi dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa. Isi bahan belajar merupakan nilai nilai dari suatu ilmu pengetahuan, nilai agama, nilai kesusilaan, serta nilai kesenian. Kemampuan siswa dalam mengolah bahan pelajaran menjadi makin baik jika siswa berperan aktif selama proses belajar.
• Kemampuan Berprestasi
Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan puncak suatu proses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan hasil belajar yang telah lama ia lakukan. Siswa menunjukan bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau menstransfer hasil belajar. Dari pengalaman sehari-hari di sekolah diketahui bahwa ada sebagian siswa tidak mampu berprestasi dengan baik. Kemampuan berprestasi tersebut terpengaruh pada proses-proses penerimaan, pengaktifan, pra-pengolahan, pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman.
• Rasa Percaya Diri Siswa
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian perwujudan diri yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Semakin sering siswa mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik maka rasa percaya dirinya akan meningkat. Dan apabila sebaliknya yang terjadi maka siswa akan merasa lemah percaya dirinya.
• Intelegensi Dan Keberhasilan Belajar
Intelegensi merupakan suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi actual bila siswa memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari. Dengan perolehan hasil belajar yang rendah, yang disebabkan oleh intelegensi yang rendah atau kurangnya kesungguhan belajar, berarti terbentuknya tenaga kerja yang bermutu rendah. Hal ini akan merugikan calon tenaga kerja itu sendiri. Oleh karena itu pada tempatnya mereka didorong untuk melakukan belajar dibidang kterampilan.
• Kebiasaan Belajar
Kebiasaan-kebiasaan belajar siswa akan mempengaruhi kemampunanya dalam berlatih dan menguasai materi yang telah disampaikan oleh guru. Kebiasaan buruk tersebut dapat berupa belajar pada akhir semester, belajar tidak teratur, menyia-nyiakan kesempatan belajar, bersekolah hanya untuk bergengsi, datang terlambat bergaya pemimpin, bergaya jantan seperti merokok. Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat ditemukan di sekolah-sekolah pelosok, kota besar, kota kecil. Untuk sebagian kebiasaan tersebut dikarenakan oleh ketidakmengertian siswa dengan arti belajar bagi diri sendiri.
Cita-Cita Siswa
Cita-cita sebagai motivasi intrinsic perlu didikan. Didikan memiliki cita-cita harus ditanamkan sejak mulai kecil. Cita-cita merupakan harapan besar bagi siswa sehingga siswa selalu termotivasi untuk belajar dengan serius demi menggapai cita-cita tersebut. Dengan mengaitkan pemilikan cita-cita dengan kemampuan berprestasi maka siswa diharapkan berani bereksplorasi sesuai dengan kemampuannya sendiri.
2.      Faktor-Faktor Eksternal Belajar
Faktor-faktor eksternal tersebut adalah sebagai berikut:
         Guru Sebagai Pembina Siswa Belajar
Guru adalah pengajar yang mendidik . Ia tidak hanya mengajar bidang studi yang sesuai dengan keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik pemuda generasi bangsanya. Guru yang mengajar siswa adalah seorang pribadi yang tumbuh menjadi penyandang profesi bidang studi tertentu. Sebagai seorang pribadi ia juga mengembangkan diri menjadi pribadi utuh. Sebagai seorang diri yang mengembangkan keutuhan pribadi, ia juga menghadapi masalah pengembangan diri, pemenuhan kebutuhan hidup sebagai manusia.
         Prasarana Dan Sarana Pembelajaran
Lengkapnya sarana dan prasarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Hal ini tidak berarti bahwa lengkapnya sarana dan prasarana menentukan jaminan melakukan proses pembelajaran yang baik. Justru disinilah muncul bagaimana mengolah sarana dan prasaranapembelajaran sehingga tersenggara proses belajar yang berhasil dengan baik.
         Lingkungan Sosial Siswa Di Sekolah
Tiap siswa dalam lingkungan sosial memiliki kedudukan, peranan dan tanggung jawab sosial tertentu. Dalam kehidupan tersebut terjadi pergaulan seperti hubungan sosial tertentu. Dalam kehidupan tersebut terjadi hubungan akrab kerjasama, kerja berkoprasi, berkompetisi, bersaing, konflik atau perkelahian.
         Kurikulum Sekolah
Kurikulum yang diberlakukan di sekolah adalah kurikulum nasional yang disahkan oleh pemerintah, atau yayasan pendidikan. Kurikulum disusun berdasarkan tuntutan kemajuan masyrakat. Dengan kemajuan dan perkembangan masyrakat timbul tuntutan kebutuhan baru dan akibatnya kurikulum sekolah perlu direkonstruksi. Adanya rekonstruksi itu menimbulkan kurikulum baru. Perubahan kurikulum sekolah menimbulkan masalah seperti tujuan yang akan dicapai mungkin akan berubah, isi pendidikan berubah, kegiatan belajar mengajar berubah serta evaluasi berubah.
3.      Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Masalah Belajar
Kesulitan belajar ini merupakan suatu gejala yang nampak dalam berbagai jenis pernyataan (manifestasi). Karena guru bertanggung jawab terhadap proses belajar-mengajar, maka ia seharusnya memahami manifestasi gejala-gejala kesulitan belajar. Pemahaman ini merupakan dasar dalam usaha memberikan bantuan kepada murid yang mengalami kesulitan belajar.
Pada garis besarnya sebab-sebab timbulnya masalah belajar pada murid dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu :
1)      Faktor-faktor Internal ( faktor-faktor yang berada pada diri murid itu sendiri ), antara lain:
         Gangguan secara fisik, seperti kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat bicara, gangguan panca indera, cacat tubuh, serta penyakit menahan ( alergi, asma, dan sebagainya ).
         Ketidakseimbangan mental ( adanya gangguan dalam fungsi mental ), pertimenampakkan kurangnya kemampuan mental, taraf kecerdasannya cenderung kurang.
         Kelemahan emosional, seperti merasa tidak aman, kurang bisa menyesuaikan diri (maladjustment ), tercekam rasa takut, benci, dan antipati serta ketidakmatangan emosi.
         Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap salah seperti kurang perhatian dan minat terhadap pelajaran sekolah, malas dalam belajar, dan sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran.

2)      Faktor Eksternal ( faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu ), yaitu :
a). Sekolah, antara lain :
·         Sifat kurikulum yang kurang fleksibel
·         Terlalu berat beban belajar (murid) dan atau mengajar (guru)
·         Metode mengajar yang kurang memadai
·         Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar
b). Keluarga (rumah), antara lain :
·         Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis.
·         Sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya
·         Keadaan ekonomi.

Menurut Lindgren, (1967 : 55) bahwa lingkungan sekolah, terutama guru. Guru yang akrab dengan murid, menghargai usaha-usaha murid dalam belajar dan suka memberi petunjuk kalau murid menghadapi kesulitan, akan dapat menimbulkan perasaan sukses dalam diri muridnya dan hal ini akan menyuburkan keyakinan diri dalam diri murid. Melalui contoh sikap sehari-hari, guru yang memiliki penilaian diri yang positif akan ditiru oleh muridnya, sehingga murid-muridnya juga akan memiliki penilaian diri yang positif.
Jadi jelaslah bahwa guru yang kurang akrab dengan murid, kurang menghargai usaha-usaha murid maka murid akan merasa kurang diperhatikan dan akan mengakibatkan murid itu malas belajar atau kurangnya minat belajar sehingga anak itu akan mengalami kesulitan belajar. Keberhasilan seorang murid dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari sekolah seperti guru yang harus benar-benar memperhatikan peserta didiknya.
Langkah-langkah yang ditempuh untuk menjamin keberhasilan belajar adalah :
1)      Identifikasi masalah siswa
2)      Diagnosa
3)      Prognosa
4)      Pemberian Bantuan
5)      Follow up (tindak lanjut) 
Upaya-Upaya Penanggulangan Masalah Belajar :

1. Perhatikan Mood
2. Siapkan Ruang Belajar
3. Komunikasi
4. Mengidentifikasi siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar.
5. Mengalokasikan letaknya kesulitan atau permasalahannya
6. Melokalisasikan jenis faktor dan sifat yang menyebabkan mengalami berbagai kesulitan.
7. Memperkirakan alternatif pertolongan.


3.2 Hasil Observasi
Observasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui penyebab kesulitan belajar siswa dan untuk mengetahui solusi apa yang diberikan oleh pihak BK (Bimbingan Konseling) dalam mengatasi masalah belajar siswa.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan diketahui penyebab kesulitan belajar siswa, diantaranya sebagai berikut :
1.      Keadaan kelas yang kurang kondusif. Penataan ruangan yang tidak menunjang dalam kegiatan pembelajaran.
2.      Cara mengajar guru yang tidak memfasilitasi berbagai gaya belajar siswa dan sikap guru yang dictator.
3.      Pandangan siswa terhadap suatu mata pelajaran yang menganggap mata pelajaran itu sulit sehingga siswa merasa segan dan terbebani untuk mempelajarinya.
4.      Adanya faktor dari lingkungan luar seperti masalah keluarga dan masalah ekonomi.
Adapun solusi yang diberikan oleh pihak BK (Bimbingan Konseling) dalam mengatasi masalah belajar siswa, yaitu :
1.      Melakukan pendekatan terhadap siswa
2.      Pencarian data tentang masalah yaitu dengan berkomunikasi dengan orang tua siswa dan wali kelas.
3.      Melakukan konsultasi secara privat.



BAB IV
PENUTUP

4.1  Kesimpulan

Dari hasil observasi yang kita lakukan, dapat kita ketahui bahwa ada 2 faktor yang dapat membuat siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran, yaitu:
·         Faktor  internal belajar siswa, meliputi sikap siswa dalam belajar, motivasi belajar siswa, konsentrasi siswa, cara mengolah pembelajaran, rasa percaya diri siswa, kebiasaan belajar, dan cita-cita siswa.
·         Faktor eksternal belajar siswa, meliputi guru sebagai pembina siswa belajar, sarana dan prasarana, lingkungan siswa di sekolah dan kurikulum sekolah.
Adapun solusi yang diberikan oleh pihak BK (Bimbingan Konseling) dalam mengatasi masalah belajar siswa, yaitu :
·         Melakukan pendekatan terhadap siswa
·         Pencarian data tentang masalah yaitu dengan berkomunikasi dengan orang tua siswa dan wali kelas.
·         Melakukan konsultasi secara privat.

4.2   Saran
Agar proses belajar mengajar siswa dapat berlangsung secara optimal, diperlukan pendekatan yang lebih intensif dari guru BK. Sehingga siswa dapat terus terpantau bagaimana perkembangannya dalam proses pembelajaran.